Rabu, 12 Oktober 2016

Pengertian Manajemen By Objective

MANAJEMEN BERDASARKAN SASARAN
(MANAJEMEN By OBJECTIVES MBO)

Pengertian Management by Objective dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran. Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Sejak itu MBO telah memacu banyak pembahasan, evaluasi, dan riset. Banyak program jenis MBO telah dikembangkan, termasuk manajemen berdasarkan hasil (manajemen by result), manajemen sasaran (goals manajemen), perencanaan dan peninjauan kembali pekerjaan (work planning and review), sasaran dan pengendalian (goals and controls), dan lain-lainnya. Walaupun artinya berbeda-beda program ini sama. Penggunaannya tidak hanya dalam dunia usaha saja tetapi telah semakin berkembang luas pada dunia nonbisnis, seperti organisasi pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan pemerintahan.
Pengertian Management by Objective (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian sasaran kerja. Secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan-tujuan umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil (sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota. Pada metode MBO, setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi sasaran kerja.
Pengertian Management by Objective berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manager dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan pengawasan,MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan perencanaan.

Tahap Pelaksanaan MBO
1.      Tahap Persiapan, yaitu tahap menyiapkan dokumen-dokumen serta data-data yang diperlukan.
2.  Tahap Penyusunan, tahap ini menjabarkan tugas pokok dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi mencapai visi dan misi yang dicanangkan oleh instansi. Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu identifikasi dan antisipasi masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.
3.    Tahap Pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan seluruh kegiatan dan fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian, pengarahan, pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
4.    Tahap Pengendalian, Monitor, Evaluasi dan Penyesuaian, pada tahap ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam rencana stratejik melalui kegiatan keseluruhan dalam perusahaan.

Dilain pihak, dalam arti MBO yaitu perencanaan efektif tergantung pada penentuan suatu tujuan setiap manajer yang diterapkan sebagai fungsinya dalam organisai. Sukses tidaknya penerapan MBO didasarkan atas dua hipotesa yaitu:
1.     Hipotesa pertama. Bila seseorang melekat secara kuat pada suatu tujuan, dia akan bersedia untuk mengeluarkan usaha lebih untuk meraih tujuan tersebut bila dibandingkan dengan orang yang tidak merasa melekat terhadap tujuan tersebut.
2.   Hipotesa kedua. Bila seseorang mampu memperkirakan sesuatu yang akan terjadi, yang menurutnya layak, maka dia akan berusaha untuk membuatnya terjadi.

Sistem MBO Formal
Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur umum yang selalu ada dalam berbagai sistem MBO yang efektif:
1.                  Komitmen pada program.
Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen pada manajer disetiap tingkatan-tingkatan organisai terhadap suatu pencapaian tujuan pribadi dan organisai serta program MBO.
2.                  Penetapan tujuan manajemen puncak.
Program perencanaan efektif dimulai dari manajer puncak yang menetapkan tujuan pendahuluan atau dasar setelah melakukan konsultasi dengan para anggota lainnya.
3.                  Tujuan-tujuan perseorangan.
Setiap manajer dan bawahan harus merumuskan tanggung jawab dalam jabatan mereka secara jelas agar dapat membantu karyawan memahami dengan jelas apa yang diharapkan agar tujuan dapat tercapai.
4.                  Partisipasi.
Sebagai pedoman umum, semakin besar partisipasi bawahan maka kemungkinan tercapainya tujuan akan semakin besar.
5.                  Otonomi dalam implementasi rencana.
Setelah tujuan ditetapkan dan disetujui, maka seorang manajer bebas mengimplementasikan dan mengembangkan program-program dalam hal pencapaian tujuan tanpa adanya campur tangan serta batasan-batasan dari atasan langsung.
6.                  Peninjauan kembali prestasi.
Manajer dan bawahan bertemu secara periodik untuk meninjau kembali hasil atau pencapaian dalam hal mencapai tujuan.

Kelebihan dan Kekurangan MBO
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Tosi dan Carrol, mereka melakukan suatu survei terhadap para manajer dan kemudian mengemukakan kelebihan-kelebihan penerapan program MBO, yang dapat diperinci sebagai berikut:
·                     Memungkinkan para individu dapat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
·           Membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan suatu tujuan dan sasaran.
·                     Memperbaiki komunikasi antara seorang manajer dengan bawahan.
·                     Individu dapat mengetahui sasaran organisasinya.
·                     Membuat proses manajemen lebih wajar dengan memusatkan pada pencapaian tujuan/
Dari hasil penelitian di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa MBO memiliki manfaat positif bagi organisasi maupun individu. Khusus bagi individu, mereka akan merasakan suatu keterlibatan langsung dan pengertian terhadap sasaran organisasi, disamping itu mereka juga dapat mengetahui bahwa kinerja mereka dapat dinilai atas suatu pencapaian sasaran dimana mereka sendiri telah berktontribusi dalam penetapannya. Sehingga besar kemungkinan para individu akan melaksanakan tanggung jawab mereka dengan penuh kemauaan  dan keberhasilan. Sehingga keuntungan individu ini akan secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak positid bagi perusahaan.

Penerapan MBO tentu saja tidak berarti bahwa organisai telah bebas dari segala masalah. Penyebab terjadinya masalah pada umumnya berasal dari para bawahan yang cukup sulit diatasi karena menyangkut masalah status, kenaikan jabatan dan gaji bahkan tidak jarang yang menyebabkan ketegangan serta kebencian. Hampir semua masalah ini merupakan persoalan yang berulang-ulang dihadapi organisasi, baik mereka yang menerapkan program MBO maupun yang tidak menerapkannya. Berikut kelemahan dari MBO:
1.      Proses negosiasi serta pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan waktu yang cukup lama.
2.  Adanya kecenderungan seorang karyawan untuk memenuhi sasarannya tanpa mempedulikan rekan kerjanya, sehingga hilangnya kerjasama team yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas organisasi.
3.              Cenderung gagal bila tidak ada komitmen berkelanjutan dari manajemen puncak.
Pada kategori ini meliputi beberapa masalah penting yang harus dikendalikan agar program MBO sukses, yaitu:
1.                  Gaya dan dukungan manajemen.
2.                  Penyesuaian dan perubahan.
3.                  Keterampila-keterampilan antar pribadi.
4.                  Diskripsi jabatan.
5.                  Penetapan dan pengkoordinasian tujuan.
6.                  Pengawasan metode pencapaian tujuan.
7.                  Konflik antara kreativitas dan MBO
Membuat MBO Efektif
Prinsip MBO seharusnya jangan dipandang sebagai "obat mujarap" bagi berbagai kebutuhan dalam hal perencanaan, motivasi, evaluasi dan pengawasan suatu organisasi. Seharusnya hal ini dipandang sebagai tahap pokok yang diperlukan manajer . Berikut program yang harus dilakukan seorang manajer agar MBO bisa berjalan efektif:
1.                  Mendidik dan melatih manajer.
2.                  Merumuskan tujuan secara jelas.
3.                  Menunjukkan komitmen puncak secara kontiniu.
4.                  Membuat umpan balik yang efektif.
5.                  Mendorong partisipasi.

Sumber : http://www.prosesindustri.com/2015/01/management-by-objectives-mbo.html
                


Tidak ada komentar:

Posting Komentar